Nak, sayangku, penyejuk mata dan danau kalbuku. Kumulai menulis surat ini pada suatu tengah
malam ketika terbangun dari sebuah mimpi yang mendebarkan lalu kesadaranku
menebal bahwa kematian bisa saja datang mendadak padaku dan saat itu aku merasa
ia begitu dekat. Aku merasa tak yakin bahwa besok pagi aku masih akan
hidup bersamamu. Maka aku merasa lebih baik menuliskan wasiat yang
khusus kupersembahkan kepadamu sebagai tanda cinta tulusku. Toh andai pun aku besok
dan besoknya lagi masih diberi waktu untuk hidup lama bersamamu, belum tentu
aku diberi waktu yang tepat untuk
membicarakan ini semua. Maka dengarkanlah baik-baik.
Pertama-tama aku minta maaf padamu semua, karena ketika kalian masih
kanak-kanak dulu, sebelum baligh, suatu pagi sehabis sholat duha, aku pernah
berserah diri kepada Allah tentang diri kalian, supaya Allah mengambil
kalian di masa sebelum aqil balihg daripada
seumpama kalian kelak dewasa akan
menjadi pendurhaka kepada Allah. Sekali lagi maafkan ayah, ini bukan berarti ayah kurang cinta kepada kalian.
Tapi karena keyakinan ayah bahwa akhirat itulah esensi hidup yang sebenarnya.
Ia kekal abadi sekehendak Allah sehingga keindahan di dalamnya pun akan kekal
dan kedukaan di dalamnya demikian juga. Sedangkan kematian di masa anak-anak
akan terbebaskan dari hukuman karena jiwa-jiwa mereka masih dalam kesucian
fitrahnya. Jadi betapa sayang ayah kepada jiwa-jiwa kalian melebihi kecintaan
ayah pada sekedar jasad kalian.
Ayah masih ingat betapa sedih dan terguncang hati ayah ketika esok paginya
kalian semua jatuh sakit. Dan beberapa hari di masa sakit kalian, hati ayah
selalu berada dalam kondisi harap-harap cemas. Tapi Alhamdulillah setelah beberapa hari kesehatan kalian membaik dan
akhirnya kembali sehat seperti semula. Demikianlah setiap satu dari kalian
sakit, ayah selalu kawatir bahwa itu akan berujung pada kematianmu dan ayah
kawatir bahwa hal itu terkait dengan apa yang kuucapkan kepada Allah di suatu
pagi tersebut.
Yang demikian anak-anakku, harus kalian pahami bahwa ayah sangat berharap
bahwa kalian, akan menjadi para pecinta Allah di sepanjang hidup kalian sejak
kalian menginjak usia lepas dari masa kanak-kanak kalian. Karena hanya dengan
demikian keindahan dan kebahagiaan hidup dapat kalian rasakan.
Maka ketika satu persatu dari kelian selamat hingga memasuki usia dewasa,
hati ayah makin berdebar sebab harapan ayah makin tebal bahwa kalian memang
ditakdirkan hidup sebagai para pecinta
Allah. Dan diam-diam ayah lihat kebaikan-kebaikan apa yang mulai kalian miliki dalam diri pribadi kalian. Sering ayah
bertanya pada teman-teman karib kalian kesan yang mereka tangkap tentang diri
kalian. Tapi betapa sulitnya karena ayah
tahu sebagian dari kalian mempunyai sifat ‘suka
menyembunyikan kebaikan’ bahkan suka tampil dengan yang sebaliknya. Tapi
ayah tidak kaget karena hal itu mempunyai garis persamaan dengan diri ayah
sendiri.
Tentang Iman, Keyakinan dan Kecintaan
Anak-anakku sayang,
“Kebahagiaan berbanding lurus dengan
iman, keyakinan dan kecintaanmu kepada Allah. Makin besar ketiga hal itu kalian
miliki terhadap Allah makin sempurna kebahagiaanmu di dunia dan di akhirat.
Iman, keyakinan dan cinta yang besar kepada Allah akan membuat kalian
pertama-tama merasa ringan dan senang di dalam menjalankan perintah-perintahNya
dan membuat kalian sabar serta rela menghadapi cobaan-cobaanNya. Hal ini
penting karena ‘kebahagiaan’ di dalam melakukan perintahNya sebagai pertanda
bahwa ibadah kalian diterima olehNya dan ‘kesabaran’ dalam menerima cobaanNya
sebagai pertanda bahwa kalian berada dalam ‘kecintaanNya’. Setiap musibah yang
disabari merupakan penebus dosa atau menaikkan derajat di surga.”
Iman dan Keyakinan
“Iman adalah pemberian Allah ke dalam hatimu, bahwa Dia adalah Ilah dan Robb-mu, bahkan Ilah dan Robb alam semesta semuanya. Artinya
Allah adalah tujuan akhir, tempat kembali segala sesuatu di alam semesta ini
sekaligus yang mengaturnya dari urusan terbesar sampai urusan terkecil yang
terjadi di dalamnya. Keyakinan adalah proses bertambah besarnya iman sebagai
hadiah Allah bila kalian sempurna
menjaga iman pemberian Allah itu. Keduanya sangat mempengaruhi pembetukan
karakter-kepribadian serta kebahagiaan hidup kalian selama-lamanya.
“Sebuah contoh bila kalian selalu yakin bahwa Allah yang mengatur hidupmu dan
engkau percaya Dialah sebaik-baik pengatur –karena dia Mahatahu apa yang baik
buatmu dan apa yang tidak, maka batinmu akan tentram bertawakkal kepadaNya. Biarlah Allah yang mengatur hidupmu, kalian
cukup menjaga hati dan perbuatan untuk tetap selalu selaras dengan perintah dan
kehendakNya.
“Bila kalian yakin bahwa Allah yang akan menjamin rizqimu, kalian tak akan
risau memikirkan masa depanmu. Kerjakan yang halal di depanmu dan syukuri apa
yang kau dapat dengan cara halal itu dan sadari bahwa itu sebagai pemberianNya. Sebab yang menggerakan
hatimu untuk bekerja, yang mempertemukan kalian dengan pekerjaan itu adalah
Dia. Pakailah itu semua untuk lebih mendekat kepadaNya sebab itulah makna
sebenarnya bersyukur.
“Bila kalian selalu yakin bahwa Allah selalu mengawasimu maka kalian akan
selalu menjaga diri agar tidak melanggar laranganNya.
“Bila kalian selalu yakin bahwa Allah selalu menjagamu, maka Dia memang
selalu menjagamu dan kalian tidak akan pernah takut pada segala apa pun karena
tidak ada yang lebih perkasa dari padaNya.
“Bila kalian selalu yakin bahwa Allah Maha Bersyukur –menambah risqi yang
kalian syukuri, dengan lain kata kalian nafkahkan di jalanNya atau kalian
sedekahkan, maka kalian tidak akan jadi orang bakhil. Kalian pasti memberikan yang
terbaik kepada orang yang lebih membutuhkannya karena kalian tahu bahwa itu
hakikatnya kalian memberikannya kepada Allah.
“Demikianlah betapa keyakinan kalian
kepada Allah sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian kalian. Jadi
kalian bukan hanya harus yakin bahwa Allah adalah Ilah kalian, tujuan hidup kalian dan semua kebaikan yang kalian
lakukan hanya untuk Allah, tetapi juga harus yakin bahwa Dia juga Rabb kalian, yang mengatur seluruh
hidup, gerak- diam kalian di dalam hidup ini sehingga kalian tidak membanggakan
kebaikan-kebaikan yang kalian lakukan sebab hakikatnya Allah-lah yang
menggerakkan kalian sehingga kalian akan selamat dari jurang jebakan setan yang
berupa kesombongan. Juga kalian tidak
marah pada orang yang menjahati kalian sebab semua itu ‘tangan’ Allah yang
ingin menguji ‘kecintaan’ kalian yang di baliknya tersembunyi cinta dan
perlindunganNya – wilayahNya.”
Tentang Kecintaan kepada Allah
“Ini bukan perkara yang mudah anakku. Tapi bukan sesuatu yang sulit bila
Allah berkehendak. Maka berprasangka baiklah kepadaNya. Bukankah Dia akan
menjadikan apa pun seperti apa yang kita
sangkakan? Memang ini membutuhkan perjuangan terus menerus karena hati manusia
mudah berbolak-balik, tempat ‘bertarungnya’ pengaruh setan dan malaikat. Dan keduanya
sama-sama mempunyai tentara. Nafsu sebagai tentara setan dan nurani sebagai
tentara malaikat. Keduanya berebut mempengaruhi hati, sehingga hati manusia
mudah terombang ambing antara baik dan buruk dan iman mudah berkurang atau
bertambah. Dan inilah sebetulnya perjuangan manusia yang sesungguhnya sepanjang
hidup: menegakkan hati pada kewajibannya,
yaitu mencintai Allah saja.
Maka apa upaya yang harus kalian lakukan?
Pertama kalian harus yakini isi hadist Qudsi ini: Bahwa Allah memerintahkan
kepada dunia agar menjamin dan mencukupi kebutuhan setiap hamba
yang di dalam hatinya hanya ada satu
tujuan yaitu Allah dan Allah memerintahkan dunia untuk memperbudak siapa
pun yang mencintainya (dunia).
Kedua, kalian jangan berdekatan dengan sesuatu yang dapat membuat kalian
tergoda oleh rangsangan keindahan dunia. Maka jauhilah orang-orang yang
‘keblinger’ oleh dunia atau bacaan-bacaan, tontonan-tontonan, yang memamerkan
keindahan dunia. Ini bukan berarti kalian harus menjadi anti dunia. Kalian
boleh menggunakannya sebatas keperluan untuk kelangsungan hidup dan mudal untuk
beribadah dari jalur yang dihalalkan.
Yang tidak boleh jika kalian senang, bangga, apa lagi bersandar kepadanya.
Ingat Anakku, Allah Mahacemburu! Maka dia memberi jalan untuk hambaNya yang
rindu kepadaNya sekaligus larangan-larangan –yaitu segala yang dapat menjauhkan
hamba kepadaNya yakni terisinya hati (kecintaan) oleh sesuatu selain Allah.
Seumpama di antara kalian nanti didatangi harta yang halal dengan mudah,
maka betul-betul jaga hati kalian jangan sampai ada kecintaan kepadanya meski
secuil. Itu artinya kalian dipercara Allah untuk menjadi penyalur risqiNya
kepada hamba yang lain yang membutuhkannya. Itu amanah. Makin kalian sampaikan
itu kepada yang membutuhkan, makin dipercaya kalian sebagai penyalur yang baik.
Maka artinya itulah jalan kalian yang utama untuk mendekat kepadaNya. Itu
namanya jalan ‘Kesyukuran’ seperti jalannya ‘Nabi Sulaiman As’, atau sahabat
Abdurarahman bin Auf. Ayah selalu berdoa’a semoga kalian diberi jalan seperti
itu. Sebab Anakku, setiap orang
mempunyai jalan utama yang berbeda-beda untuk menuju kepada kecintaaNya. Ada yang menempuhnya
dengan jalan “Kesabaran’ sebagaimana yang ditempuh Nabi Ayyub As.
Anakku, yang dimaksud dunia di sini bukan harta saja. Tapi segala sesuatu
selain Allah; harta, wanita, kedudukan, status social yang dihormati, ilmu,
keahlian, pengaruh, wajah elok, kesehatan, dan lain-lain yang jika itu ada pada
diri kalian dan kalian cintai-- bukan disyukuri sebagai alat untuk mendekat
kepada Allah, dan jika tidak ada pada diri kalian lalu kalian angan-angankan
untuk memilikinya. Itulah artinya kecelakaan besar. Itulah ketertipuan besar.
Dan itulah maknanya kekalahan!
Jika kalian menginginkan salah satu dari itu semua, maka kalian berjarak dengannya
sehingga hati kalian tidak merasakan bahagia. Jika kalian memiliki itu dan
bersandar padanya, sandaran itu tidaklah kokoh. Suatu saat semuanya akan
kembali pada hukumnya, yaitu musnah dan berpisah. Itulah kesenangan sesaat. Tapi jika hati kalian hanya mencintai Allah,
maka saat itu juga kalian tak berjarak denganNya. Kalian tak akan membutuhkan
itu semua. Sudah cukup kaya dengan Allah.
Ingatlah sebuah Hadist Qudsi bahwa: Allah akan berumah di hati siapa dari
hambaNya yang di dalam tidak tinggal sesuatu apa pun selain Allah.
Ingat juga sebuah Hadist Qudsi yang lain bahwa: barang siapa yang dicintai
Allah maka Allah akan menjadi matanya yang dengan itu dia melihat, Allah akan
menjadi tangannya yang dengan itu dia berbuat dan Allah akan menjadi kakinya
yang dengan itu dia melangkah.
Anakku, penyejuk mataku, semoga kalian benar-benar menjadi kecintaan Allah.
Tentang Sholat
Wahai Anak-anakku;
“Maka yang utama carilah kebahagiaan
kalian di dalam sholat dan kebaikan-kebaikan sesuai perintah Allah di dalam Al
Qur’an dan sunnah Nabi dan lakukanlah dengan ikhlas tanpa ingin mendapat pujian
dari siapa pun kecuali Allah. Maka pahamilah makna bacaannya atau jika tidak,
rasakanlah bahwa setiap ucapan dan gerak tubuh kalian di dalam sholat itu
adalah ‘pekerjaan’ Allah semata sehingga dengan demikian sholat kalian
tergolong sholat yang ihsan., sesuai hadist Nabi yang beliau
ucapkan pada seorang sahabat yaitu Abu Dzar Al Ghifari.
“Sebelum sholat tentu kalian harus ‘berwudlu’.
Kata ‘wudlu’ ini merupakan akar kata ‘tawaddlu’
artinya berendah hati. Maknanya kalian harus mengakui bahwa sifat kemanusiaan
kalian tak pernah luput dari salah dan alpa, baik semasih terbersit dalam
pikiran atau pun yang sudah terlaksana sempurna oleh anggota badan. Sebab
itulah kalian diperintah membasuh sebagian kepala dan beberapa anggota badan
dengan harapan kesadaran tak akan mengulangi dan terselamatkan dari dosa-dosa
di masa datang. Makna selanjutnya kenapa kalian harus berwudlu’ atau bersuci,
karena kalian akan berdiri menghadap Sang Mahasuci – layaknya Roslullah ketika
hendak dimi’rojkan, batin beliau dicuci bersihkan dulu oleh dua malaikat
seperti dalam riwayat. Bukankah Rasul bersabda bahwa ‘sholat adalah mi’rojnya orang beriman’? Maka selanjutnya maafkanlah semua kemungkinan
kesalahan orang-orang kepada kalian,
jangan ada sisa dendam dan sakit hati serta minta ampun (istighfar) terlebih dahulu sebelum memulai takbirratul ihram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar