Aku dan orang-orang, terutama yang
hatinya terkait kepada mesjid, terkejut. Seperti ada beliung angin topan menghempas
telaga batin kami. Ketenangan yang selama ini melingkupi rumah Tuhan di desa
kami itu kini tiba-tiba menggelombang. Seseorang entah siapa telah mencoret tiga nama
tetua mesjid dari daftar khotib dan imam. Betul-betul keterlaluan! Mesjid yang
selama ini kami jaga betul wibawanya, yang tak selembar keset pun pernah hilang dari lantai undakannya,
jangankan keset, sebatang lidi dari seutas sapunya pun tak ada yang berani
mencabutnya buat kepentingan pribadi. Tapi
kini justru tiga nama tetua mesjid
yang selama ini memancarkan cahaya wibawa, tercoreng oleh tinta
spidol. Dua warna berbeda lagi! Hijau
dan merah. Apa gerangan maunya si tangan misterius itu mengaduk-aduk
ketentraman umat dengan membuat teka-teki tentang filosofi warna. Nama Kiai
Syarkawi dan Ustadz Syamlan dicoret dengan spidol warna merah. Sedang Kiai
Ismail Abbas dengan warna hijau. Makna yang nyata adalah ketiganya sama-sama
tak dikehendaki menjadi khotib dan imam mesjid. Entahlah apa makna filosofi
warna itu. Setiap orang mnduga-duga. Mungkinkah itu sebuah kebetulan saja?
Misalnya si tangan misterius itu kehabisan tinta spidol merah, lalu
meneruskannya dengan spidol hijau, atau sebaliknya. Ataukah punya pertalian simbolis dengan
lambang-lambang partai politik tertentu? Tapi adakah sekarang partai yang
terlarang? Apakah ini bukan buncahan ombak perseteruan diam-diam antara
liberlisme kaum muda dengan konservatifisme kaum tua mulai menggejala di sini?
Ataukah ini sekedar sebuah gurauan belaka atau sebuah keisengan sederhana? Lho, ini
tidak bisa dibilang sederhana. Pasti ada proses yang mengantarkan
kelahiran moralitas rendahan semacam ini. Atau kelancangan ini buah dari
persetubuhan nilai yang dibawa arus
bebas budaya yang sedang
membadai?
Tamar Saraseh Files
Selasa, 12 Maret 2013
Kamis, 07 Maret 2013
Lukisan Modern-Kontemporer Tamar Saraseh
Perjalanan Tamar Saraseh di dunia seni lukis boleh dibilang melompat-lompat dari satu corak ke corak lain, walaupun pada semua style tersebut masih tetap tercium aroma surealistik, sebuah gaya yang ia tolelir sejak muda. Bahkan, pada periode modernnya, bias-bias surealisme, ekspresionisme dan dekoratif membaur menjadi satu komposisi yang harmonis dan unik dengan substansi humanisme dan religiusitas yang sufistik. Selain itu, ada juga beberapa tema kritik sosial yang satiris.
Pada beberapa lukisan terbarunya, tampak nuansa ketertautan dengan arus kecenderungan baru seni lukis Indonesia yang sering dicirikan sebagai seni lukis kontemporer, yakni dengan artikulasi teknis yang detil dan fotografis. Akan tetapi, pengaturan komposisi visionalnya masih peduli dengan konsep-konsep seni modern. Karenanya, ia lebih suka menyebutnya sebagai lukisan modern-kontemporer.
Berikut lukisan-lukisan Tamar Saraseh.
Putri Cantik Pingsan Dua Kali
PARA PELAKU:
1.PANGERAN
2. HULUBALANG 1
3. HULUBALANG 2
4.
PUTRI CANTIK
ADEGAN 1
PANGGUNG
MENGGAMBARKAN SEBUAH HUTAN DI PEGUNUNGAN. MUSIK MENIRUKAN
SUARA-SUARA PENGHUNI HUTAN DAN DESAU ANGIN. ADA SEORANG PUTRI DENGAN GAUN INDAH
TERGELETAK TAK SADARKAN DIRI DI SUDUT PANGGUNG