Senin, 04 Maret 2013

Wasiat untuk Anak-anakku

Nak, sayangku, penyejuk mata dan danau kalbuku. Kumulai menulis surat ini pada suatu tengah malam ketika terbangun dari sebuah mimpi yang mendebarkan lalu kesadaranku menebal bahwa kematian bisa saja datang mendadak padaku dan saat itu aku merasa ia begitu dekat. Aku merasa tak yakin bahwa besok pagi aku masih akan hidup  bersamamu. Maka  aku merasa lebih baik menuliskan wasiat yang khusus kupersembahkan kepadamu sebagai tanda cinta tulusku. Toh andai pun aku besok dan besoknya lagi masih diberi waktu untuk hidup lama bersamamu, belum tentu aku diberi  waktu yang tepat untuk membicarakan ini semua. Maka dengarkanlah baik-baik.
Pertama-tama aku minta maaf padamu semua, karena ketika kalian masih kanak-kanak dulu, sebelum baligh, suatu pagi sehabis sholat duha, aku pernah berserah diri kepada Allah tentang diri kalian, supaya Allah mengambil kalian  di masa sebelum aqil balihg daripada  seumpama kalian kelak dewasa akan menjadi pendurhaka kepada Allah. Sekali lagi maafkan ayah, ini  bukan berarti ayah kurang cinta kepada kalian. Tapi karena keyakinan ayah bahwa akhirat itulah esensi hidup yang sebenarnya. Ia kekal abadi sekehendak Allah sehingga keindahan di dalamnya pun akan kekal dan kedukaan di dalamnya demikian juga. Sedangkan kematian di masa anak-anak akan terbebaskan dari hukuman karena jiwa-jiwa mereka masih dalam kesucian fitrahnya. Jadi betapa sayang ayah kepada jiwa-jiwa kalian melebihi kecintaan ayah pada sekedar jasad kalian.
Ayah masih ingat betapa sedih dan terguncang hati ayah ketika esok paginya kalian semua jatuh sakit. Dan beberapa hari di masa sakit kalian, hati ayah selalu berada dalam kondisi harap-harap cemas. Tapi Alhamdulillah setelah beberapa hari kesehatan kalian membaik dan akhirnya kembali sehat seperti semula. Demikianlah setiap satu dari kalian sakit, ayah selalu kawatir bahwa itu akan berujung pada kematianmu dan ayah kawatir bahwa hal itu terkait dengan apa yang kuucapkan kepada Allah di suatu pagi tersebut.
Yang demikian anak-anakku, harus kalian pahami bahwa ayah sangat berharap bahwa kalian, akan menjadi para pecinta Allah di sepanjang hidup kalian sejak kalian menginjak usia lepas dari masa kanak-kanak kalian. Karena hanya dengan demikian keindahan dan kebahagiaan hidup dapat kalian rasakan.
Maka ketika satu persatu dari kelian selamat hingga memasuki usia dewasa, hati ayah makin berdebar sebab harapan ayah makin tebal bahwa kalian memang ditakdirkan  hidup sebagai para pecinta Allah. Dan diam-diam ayah lihat kebaikan-kebaikan apa yang mulai kalian  miliki dalam diri pribadi kalian. Sering ayah bertanya pada teman-teman karib kalian kesan yang mereka tangkap tentang diri kalian.  Tapi betapa sulitnya karena ayah tahu sebagian dari kalian mempunyai sifat ‘suka menyembunyikan kebaikan’ bahkan suka tampil dengan yang sebaliknya. Tapi ayah tidak kaget karena hal itu mempunyai garis persamaan dengan diri ayah sendiri.
Tentang Iman, Keyakinan dan Kecintaan
Anak-anakku sayang,
 “Kebahagiaan berbanding lurus dengan iman, keyakinan dan kecintaanmu kepada Allah. Makin besar ketiga hal itu kalian miliki terhadap Allah makin sempurna kebahagiaanmu di dunia dan di akhirat. Iman, keyakinan dan cinta yang besar kepada Allah akan membuat kalian pertama-tama merasa ringan dan senang di dalam menjalankan perintah-perintahNya dan membuat kalian sabar serta rela menghadapi cobaan-cobaanNya. Hal ini penting karena ‘kebahagiaan’ di dalam melakukan perintahNya sebagai pertanda bahwa ibadah kalian diterima olehNya dan ‘kesabaran’ dalam menerima cobaanNya sebagai pertanda bahwa kalian berada dalam ‘kecintaanNya’. Setiap musibah yang disabari merupakan penebus dosa atau menaikkan derajat di surga.”
Iman dan Keyakinan
“Iman adalah pemberian Allah ke dalam hatimu, bahwa Dia adalah Ilah dan Robb-mu, bahkan Ilah dan Robb alam semesta semuanya. Artinya Allah adalah tujuan akhir, tempat kembali segala sesuatu di alam semesta ini sekaligus yang mengaturnya dari urusan terbesar sampai urusan terkecil yang terjadi di dalamnya. Keyakinan adalah proses bertambah besarnya iman sebagai hadiah Allah bila  kalian sempurna menjaga iman pemberian Allah itu. Keduanya sangat mempengaruhi pembetukan karakter-kepribadian serta kebahagiaan hidup kalian selama-lamanya.
“Sebuah contoh bila kalian selalu yakin bahwa Allah yang mengatur hidupmu dan engkau percaya Dialah sebaik-baik pengatur –karena dia Mahatahu apa yang baik buatmu dan apa yang tidak, maka batinmu akan tentram bertawakkal kepadaNya. Biarlah Allah yang mengatur hidupmu, kalian cukup menjaga hati dan perbuatan untuk tetap selalu selaras dengan perintah dan kehendakNya.
“Bila kalian yakin bahwa Allah yang akan menjamin rizqimu, kalian tak akan risau memikirkan masa depanmu. Kerjakan yang halal di depanmu dan syukuri apa yang kau dapat dengan cara halal itu dan sadari bahwa itu  sebagai pemberianNya. Sebab yang menggerakan hatimu untuk bekerja, yang mempertemukan kalian dengan pekerjaan itu adalah Dia. Pakailah itu semua untuk lebih mendekat kepadaNya sebab itulah makna sebenarnya bersyukur. 
“Bila kalian selalu yakin bahwa Allah selalu mengawasimu maka kalian akan selalu menjaga diri agar tidak melanggar laranganNya.
“Bila kalian selalu yakin bahwa Allah selalu menjagamu, maka Dia memang selalu menjagamu dan kalian tidak akan pernah takut pada segala apa pun karena tidak ada yang lebih perkasa dari padaNya.
“Bila kalian selalu yakin bahwa Allah Maha Bersyukur –menambah risqi yang kalian syukuri, dengan lain kata kalian nafkahkan di jalanNya atau kalian sedekahkan, maka kalian tidak akan jadi orang bakhil. Kalian pasti memberikan yang terbaik kepada orang yang lebih membutuhkannya karena kalian tahu bahwa itu hakikatnya kalian memberikannya kepada Allah.
“Demikianlah betapa keyakinan  kalian kepada Allah sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian kalian. Jadi kalian bukan hanya harus yakin bahwa Allah adalah Ilah kalian, tujuan hidup kalian dan semua kebaikan yang kalian lakukan hanya untuk Allah, tetapi juga harus yakin bahwa Dia juga Rabb kalian, yang mengatur seluruh hidup, gerak- diam kalian di dalam hidup ini sehingga kalian tidak membanggakan kebaikan-kebaikan yang kalian lakukan sebab hakikatnya Allah-lah yang menggerakkan kalian sehingga kalian akan selamat dari jurang jebakan setan yang berupa kesombongan. Juga kalian tidak marah pada orang yang menjahati kalian sebab semua itu ‘tangan’ Allah yang ingin menguji ‘kecintaan’ kalian yang di baliknya tersembunyi cinta dan perlindunganNya – wilayahNya.”
Tentang Kecintaan kepada Allah
“Ini bukan perkara yang mudah anakku. Tapi bukan sesuatu yang sulit bila Allah berkehendak. Maka berprasangka baiklah kepadaNya. Bukankah Dia akan menjadikan apa pun  seperti apa yang kita sangkakan? Memang ini membutuhkan perjuangan terus menerus karena hati manusia mudah berbolak-balik, tempat ‘bertarungnya’ pengaruh setan dan malaikat. Dan keduanya sama-sama mempunyai tentara. Nafsu sebagai tentara setan dan nurani sebagai tentara malaikat. Keduanya berebut mempengaruhi hati, sehingga hati manusia mudah terombang ambing antara baik dan buruk dan iman mudah berkurang atau bertambah. Dan inilah sebetulnya perjuangan manusia yang sesungguhnya sepanjang hidup: menegakkan hati pada kewajibannya, yaitu  mencintai Allah saja.
Maka apa upaya yang harus kalian lakukan? 
Pertama kalian harus yakini isi hadist Qudsi ini: Bahwa Allah memerintahkan kepada dunia agar menjamin dan mencukupi kebutuhan  setiap hamba  yang di dalam hatinya hanya ada satu  tujuan yaitu Allah dan Allah memerintahkan dunia untuk memperbudak siapa pun yang mencintainya (dunia).
Kedua, kalian jangan berdekatan dengan sesuatu yang dapat membuat kalian tergoda oleh rangsangan keindahan dunia. Maka jauhilah orang-orang yang ‘keblinger’ oleh dunia atau bacaan-bacaan, tontonan-tontonan, yang memamerkan keindahan dunia. Ini bukan berarti kalian harus menjadi anti dunia. Kalian boleh menggunakannya sebatas keperluan untuk kelangsungan hidup dan mudal untuk beribadah dari jalur yang dihalalkan.
Yang tidak boleh jika kalian senang, bangga, apa lagi bersandar kepadanya. Ingat Anakku, Allah Mahacemburu! Maka dia memberi jalan untuk hambaNya yang rindu kepadaNya sekaligus larangan-larangan –yaitu segala yang dapat menjauhkan hamba kepadaNya yakni terisinya hati (kecintaan) oleh sesuatu selain Allah.
Seumpama di antara kalian nanti didatangi harta yang halal dengan mudah, maka betul-betul jaga hati kalian jangan sampai ada kecintaan kepadanya meski secuil. Itu artinya kalian dipercara Allah untuk menjadi penyalur risqiNya kepada hamba yang lain yang membutuhkannya. Itu amanah. Makin kalian sampaikan itu kepada yang membutuhkan, makin dipercaya kalian sebagai penyalur yang baik. Maka artinya itulah jalan kalian yang utama untuk mendekat kepadaNya. Itu namanya jalan ‘Kesyukuran’ seperti jalannya ‘Nabi Sulaiman As’, atau sahabat Abdurarahman bin Auf. Ayah selalu berdoa’a semoga kalian diberi jalan seperti itu. Sebab Anakku,  setiap orang mempunyai jalan utama yang berbeda-beda untuk menuju kepada kecintaaNya. Ada yang menempuhnya dengan jalan “Kesabaran’ sebagaimana yang ditempuh Nabi Ayyub As.
Anakku, yang dimaksud dunia di sini bukan harta saja. Tapi segala sesuatu selain Allah; harta, wanita, kedudukan, status social yang dihormati, ilmu, keahlian, pengaruh, wajah elok, kesehatan, dan lain-lain yang jika itu ada pada diri kalian dan kalian cintai-- bukan disyukuri sebagai alat untuk mendekat kepada Allah, dan jika tidak ada pada diri kalian lalu kalian angan-angankan untuk memilikinya. Itulah artinya kecelakaan besar. Itulah ketertipuan besar. Dan itulah maknanya kekalahan!
Jika kalian menginginkan salah satu dari itu semua, maka kalian berjarak dengannya sehingga hati kalian tidak merasakan bahagia. Jika kalian memiliki itu dan bersandar padanya, sandaran itu tidaklah kokoh. Suatu saat semuanya akan kembali pada hukumnya, yaitu musnah dan berpisah. Itulah kesenangan sesaat.  Tapi jika hati kalian hanya mencintai Allah, maka saat itu juga kalian tak berjarak denganNya. Kalian tak akan membutuhkan itu semua. Sudah cukup kaya dengan Allah.
Ingatlah sebuah Hadist Qudsi bahwa: Allah akan berumah di hati siapa dari hambaNya yang di dalam tidak tinggal sesuatu apa pun selain Allah.
Ingat juga sebuah Hadist Qudsi yang lain bahwa: barang siapa yang dicintai Allah maka Allah akan menjadi matanya yang dengan itu dia melihat, Allah akan menjadi tangannya yang dengan itu dia berbuat dan Allah akan menjadi kakinya yang dengan itu dia melangkah.
Anakku, penyejuk mataku, semoga kalian benar-benar menjadi kecintaan Allah.
Tentang Sholat
Wahai Anak-anakku;
 “Maka yang utama carilah kebahagiaan kalian di dalam sholat dan kebaikan-kebaikan sesuai perintah Allah di dalam Al Qur’an dan sunnah Nabi dan lakukanlah dengan ikhlas tanpa ingin mendapat pujian dari siapa pun kecuali Allah. Maka pahamilah makna bacaannya atau jika tidak, rasakanlah bahwa setiap ucapan dan gerak tubuh kalian di dalam sholat itu adalah ‘pekerjaan’ Allah semata sehingga dengan demikian sholat kalian tergolong  sholat yang ihsan., sesuai hadist Nabi yang beliau ucapkan pada seorang sahabat yaitu Abu Dzar Al Ghifari.
“Sebelum sholat tentu kalian harus ‘berwudlu’. Kata ‘wudlu’ ini merupakan akar  kata ‘tawaddlu’ artinya berendah hati. Maknanya kalian harus mengakui bahwa sifat kemanusiaan kalian tak pernah luput dari salah dan alpa, baik semasih terbersit dalam pikiran atau pun yang sudah terlaksana sempurna oleh anggota badan. Sebab itulah kalian diperintah membasuh sebagian kepala dan beberapa anggota badan dengan harapan kesadaran tak akan mengulangi dan terselamatkan dari dosa-dosa di masa datang. Makna selanjutnya kenapa kalian harus berwudlu’ atau bersuci, karena kalian akan berdiri menghadap Sang Mahasuci – layaknya Roslullah ketika hendak dimi’rojkan, batin beliau dicuci bersihkan dulu oleh dua malaikat seperti dalam riwayat. Bukankah Rasul bersabda bahwa ‘sholat adalah mi’rojnya orang beriman’?  Maka selanjutnya maafkanlah semua kemungkinan kesalahan orang-orang  kepada kalian, jangan ada sisa dendam dan sakit hati serta minta ampun (istighfar) terlebih dahulu sebelum memulai takbirratul ihram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar